Home Blog Mempelajari Kultur Bisnis Indonesia Indonesia | Uncategorized Mempelajari Kultur Bisnis Indonesia InCorp Editorial Team 11 Februari 2023 3 minute reading time Table of Contents 1. Menghabiskan Banyak Waktu 2. Tata Kerja Formal dan Non-formal 3. Mencapai Konsensus 4. Mengenal Kekuasaan Membangun bisnis bukan sekedar memiliki modal, tenaga kerja, dan pasar. Anda juga memerlukan pengetahuan dalam bisnis Indonesia bekerja, dan bukan sekedar perjanjian kontrak. Anda perlu memahami bahwa bisnis Indonesia berbeda dengan bisnis pada negara Barat. Bisnis Indonesia sangatlah unik dan tradisional. Berikut adalah beberapa poin umum yang akan sering Anda temukan tidak hanya di lingkungan bisnis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. 1. Menghabiskan Banyak Waktu Jika orang barat terkenal dengan ketepatan waktunya, Indonesia dan kebanyakan negara Asia Tenggara lainnya terkenal dengan sifat telatnya. Banyak faktor yang menjadi penyebab kebiasaan tersebut. Pertama, walau berbisnis di Indonesia sudah semakin mudah, keberadaan red tape masih tetap menghantui para pebisnis. Bagi negara Asia, berbisnis berarti menjalin hubungan. Contohnya, agar kerjasama bisnis dapat berjalan dengan baik, maka kedua pihak harus berteman terlebih dahulu. Orang Indonesia terkenal dengan cara pendekatan yang lebih santai. Mencapai titik kerjasama akan memakan waktu dan kesabaran Anda. Untuk menghadapi budaya tersebut, Cekindo dapat membantu Anda mengurus registrasi perusahaan Anda secara cepat dan efisien. 2. Tata Kerja Formal dan Non-formal Rapat tidak hanya dilakukan di ruang rapat/konferensi. Bagi orang Indonesia, rapat dapat dilakukan di restoran, kafe, dan bahkan lobi hotel. Rapat bukan sekedar rapat, tetapi juga ajakan makan malam, tea time, atau juga bertamasya. Selagi Anda berbelanja, sempatkanlah untuk mencari beberapa lokasi yang dapat Anda gunakan sebagai tempat rapat. Cekindo menyediakan layanan serviced office yang nyaman, luas, dan berada pada bisnis area. Mencari tempat yang cocok untuk rapat akan sangat mudah. 3. Mencapai Konsensus Pada akhir rapat, pebisnis akan mulai mengambil keputusan. Pada budaya barat, orang akan secara terang-terangan menyampaikan pendapat. Berlawanan dengan itu, budaya Indonesia lebih bersifat pasif. Budaya Indonesia mengambil keputusan melalui konsensus, musyawarah untuk mencapai mufakat. Orang Indonesia tidak terbiasa dengan berbicara frontal dan lebih memilih jalur yang sedikit panjang (berbelit-belit). 4. Mengenal Kekuasaan Banyak yang telah berubah dalam hal pemerintahan. Banyak pebisnis baru lebih memilih untuk menggunakan struktur yang datar (simpel). Tetapi, masih banyak juga yang masih menggunakan sistem tradisional, termasuk dalam penggunaan ‘pengaruh’ dan ‘kekuasaan’. Hal tersebut sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia; Laki-laki memiliki kekuasaan yang lebih besar dan terbiasa menjadi pemimpin. Sebelum Anda mulai membangun relasi dengan partner Anda, alangkah baiknya Anda mengenal cara berfikir mereka terlebih dahulu. Anda harus dapat menarik perhatian mereka untuk dapat bekerjasama. Cekindo, Partner yang Tepat untuk Membagun Bisnis Indonesia Anda Mendirikan bisnis Indonesia akan menjadi tantangan tersendiri bagi para pebisnis asing dalam mengatasi perbedaan budaya. Untuk itu, Cekindo hadir untuk meringankan permasalahan Anda. Tidak hanya kami dapat membantu dalam registrasi perusahaan, tetapi juga kami dapat melakukan analisis dan riset pasar. Kami juga memiliki tim yang handal dalam pelaporan pajak, visa bisnis, dan izin kerja. Kami menyediakan jasa yang berkualitas dalam penyewaan kantor, bisnis, dan konsultan legal. Tim kami akan membantu Anda dalam keseluruhan proses. Cekindo telah sukes membantu ratusan klien. Jangan ragukan lagi kesempatan ini dan hubungi konsultan kami sekarang mengenai bisnis Indonesia. Read Full Bio Pandu Biasramadhan Senior Consulting Manager at InCorp Indonesia An expert for more than 10 years, Pandu Biasramadhan, has an extensive background in providing top-quality and comprehensive business solutions for enterprises in Indonesia and managing regional partnership channels across Southeast Asia.