Home Blog Potensi dan Risiko Berinvestasi di Indonesia hp slider | Indonesia | Lingkungan Bisnis di Asia Potensi dan Risiko Berinvestasi di Indonesia InCorp Editorial Team 6 Agustus 2024 9 minute reading time Table of Contents Indonesia merupakan tujuan yang menarik untuk investasi karena memiliki pasar yang stabil, biaya tenaga kerja yang relatif rendah, besar dan memiliki ketersediaan bahan baku yang cukup. Ada banyak investor yang telah berinvestasi di Indonesia, hanya berdasarkan faktor-faktor rendahnya biaya tenaga kerja dan bahan baku ketersediaan. Mereka membuat Indonesia menjadi tempat untuk menjalankan kegiatan proses bisnis dengan menggunakan distributor lokal dan mitra kerja, sementara itu banyak pula yang masih membuat keputusan strategis di negara-negara lain seperti Meksiko dan Cina. Indonesia dianggap sebagai “negara berikutnya yang memiliki kesempatan besar di Asia,” karena ekonomi yang tumbuh cepat (naik 6,2% dari tahun lalu, diperkirakan tumbuh 6,8% pada 2013) dan demografi yang menguntungkan. Lebih dari 60 persen dari populasi berusia antara 20-65, yang memberikan negara sebuah tempat besar untuk tenaga kerja muda yang tidak terlalu banyak orang yang sudah lanjut usia untuk bekerja. Baru-baru ini, sebuah model bisnis yang sedang berkembang di Indonesia adalah tidak adanya pembatasan pada kontrak atau rencana manufaktur konsinyasi. Sebaliknya, pembangunan telah difokuskan pada model bisnis padat modal yang tidak hanya mengandalkan tenaga kerja Indonesia di beberapa industri seperti barang konsumsi, kosmetik, otomotif dan komponen. Saat ini banyak rencana melibatkan usaha patungan dengan perwakilan lokal di Indonesia dalam membuat keputusan bisnis seperti investasi, menentukan target pasar, membuat belanja modal, pembiayaan dan banyak lagi. Sektor Minyak dan Gas Sumber daya minyak dan gas diperkirakan mencapai sekitar 87,22 miliar barel dan 594,43 TSCF tersebar di seluruh Indonesia, membuat negara tujuan investasi yang menarik di sektor minyak dan gas. Secara geologis, Indonesia masih memiliki potensi ketersediaan besar akan sumber daya hidrokarbon. rencana pemerintah untuk mempertahankan produksi minyak pada tingkat 1 juta barel per hari tentu akan memberikan peluang investasi besar di sektor hulu migas. Rasio keberhasilan kegiatan eksplorasi rata-rata mencapai 38%, sedangkan keberhasilan eksplorasi baru (wild cats) rata-rata lebih tinggi dari 10%. Di antara lokasi yang ada di situs eksplorasi sekitar pulau lepas pantai Sulawesi, lepas pantai Nusa Tenggara, Halmahera dan Maluku, dan Papua Lepas Pantai. Sektor Non-Minyak dan Gas Pertumbuhan investasi nasional di sektor non-minyak diprediksi akan terus didorong oleh sektor manufaktur. Manufaktur mengungguli tiga sektor lainnya, yaitu perkebunan, pertambangan dan jasa. Hal ini akan mendorong lebih banyak pemasok Indonesia untuk mendukung sektor manufaktur. Manufaktur nilai investasi diperkirakan mencapai Rp. 225 triliun atau 50% dari total investasi diperkirakan Rp 450 triliun. Saat ini, investasi manufaktur lebih panjang berpusat pada industri padat karya, tetapi lebih pada industri padat modal. Investasi mengalir ke otomotif sektor, baja, dan bahan kimia. Investasi di industri padat karya seperti tekstil dan alas kaki yang diperkirakan akan rendah. Larangan ekspor mineral mentah akan terus mendorong lonjakan investasi manufaktur. Properti Sebagai negara berpenduduk terbesar ke-4 di dunia. Indonesia pasti membutuhkan perkembangan pesat untuk memenuhi permintaan untuk hidup tempat, tempat kerja dan hiburan. kesempatan ini ditujukan untuk daerah sehingga diharapkan dapat dilakukan pengembangan properti. Dengan memiliki pengembangan yang cepat dalam beberapa tahun terakhir dan sudah diprediksi sebagai salah satu bentuk investasi yang menjanjikan di Indonesia. Indeks harga properti residensial di Indonesia (14 kota besar) naik 7.88% selama tahun untuk mengakhiri – Q2 2014. Meskipun kepemilikan properti asing tidak diperbolehkan di Indonesia, ada beberapa cara yang orang asing dapat pertimbangkan seperti membeli properti melalui PMA, PT Lokal atau membeli perusahaan di Indonesia. Transportasi Sektor transportasi di Indonesia merupakan sektor yang menjanjikan di antara sektor-sektor investasi asing lainnya. Indonesia saat ini merupakan masyarakat yang paling banyak menggunakan mobile phone di dunia. Namun, tingginya permintaan transportasi di Indonesia masih kurang dari sisi ketersediaan. Peluang transportasi ini terdiri dari transportasi darat seperti Railway Road, Bus, MRT. Dan yang paling menjanjikan dari semua adalah sektor penerbangan dimana sejak Indonesia mulai menjadi pasar yang cepat berkembang untuk sektor penerbangan dan masih sedikitnya kompetisi dalam penerbangan. Terlebih negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang masih memiliki banyak tempat untuk dieksplorasi. Internet and Telekomunikasi Arus cepat yang terjadi pada era global Telekomunikasi dan teknologi Internet juga memberikan dampak pada Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang paling memiliki ketergantungan dengan internet. Namun mereka juga merupakan masyarakat yang paling terhubung dengan komunikasi. Indonesia telah dibanjiri dengan pesatnya perkembangan IT, Telekomunikasi dan teknologi internet selama dekade terakhir memiliki perkembangan terutama terhadap negara dari luar seperti Amerika Serikat dan China. keadaan ini telah membuat Indonesia saat ini sangat tergantung kepada sektor Telekomunikasi dan Internet dalam kegiatan sehari-hari mereka. Peluang yang tercipta di sini adalah bahwa Indonesia masih beberapa langkah di belakang dalam hal kecepatan internet dan infrastruktur Telekomunikasi dibandingkan dengan negara-negara tetangga lain seperti Singapura dan Malaysia. Indonesia masih membutuhkan perbaikan besar melalui investasi untuk sektor ini. Sampai saat ini, tidak ada perusahaan internet raksasa yang keluar dari Indonesia, tetapi mengalami perubahan, seperti Jepang SoftBank dan India Sequoia Capital baru-baru ini menginvestasikan US $ 100 juta dalam situs pasar online di Indonesia yaitu Tokopedia. Ini merupakan investasi yang sangat besar. Pengumuman investasi tersebut diumumkan segera setelah upacara pelantikan presiden baru negara itu, Joko “Joko Widodo”, yang telah berjanji untuk membuat bangsanya ramah kepada investor asing. Sektor Energi Terbarukan Indonesia adalah salah satu konsumen energi besar di dunia. Dan sekarang telah menjadi emitor terbesar di Asia untuk gas rumah kaca. Dan mengingat populasi yang besar dan wilayah yang luas. Indonesia masih tetap menghadapi krisis energi terutama di daerah terpencil dan di luar Jawa. Hal ini karena Indonesia masih mengandalkan pembangkit listrik konvensional seperti batu bara, Diesel, uap. Beberapa tempat sudah menggunakan tanaman air juga tapi masih belum maksimal. Ketika ada banyak pilihan yang ramah lingkungan dan energi pembaruan lainnya seperti pabrik panel surya dan kincir angin yang sangat cocok mengingat geografis Indonesia sebagai negara tropis dan memiliki garis pantai yang panjang. Saat ini tidak ada tanaman surya dan kincir angin tunggal di Indonesia. Oleh karena itu Ada kesempatan besar bagi investasi untuk membawa teknologi ini untuk diterapkan oleh Indonesia. Yang akan menyebabkan mengatasi krisis energi Indonesia sekarang dan di masa depan. Sektor Medis Indonesia berupaya untuk terus meningkatkan pembangunan sektor kesehatan dengan meningkatkan kualitas infrastruktur sehingga industri kesehatan akan terus tumbuh, terutama dengan investasi asing. Indonesia memiliki lebih dari 222 produsen peralatan medis dan 90% adalah UKM, menurut Alat Kesehatan Bersama dan Laboratorium Indonesia. Untuk memanfaatkan potensi industri kesehatan Indonesia, kerjasama harus ditingkatkan dari pemerintah ke pemerintah pemerintah dan dari bisnis ke bisnis. Departemen Kesehatan mengundang investor asing untuk masuk ke dalam sektor kesehatan dalam rangka mendukung pengembangan sektor kesehatan, terutama produk peralatan medis. Industri Farmasi Pertumbuhan pasar farmasi Indonesia lebih tinggi dari negara-negara ASEAN lainnya. Pasar industri farmasi di Indonesia didorong oleh pertumbuhan penduduk usia 65 tahun dan lebih tua dan juga oleh Jaminan Sosial (Sistem Jaminan Sosial). Saat ini ada sekitar 208 perusahaan farmasi di Indonesia. Investasi tahun ini diperkirakan mencapai 300 triliun. peluang investasi di negara tersebut masih sangat menjanjikan. Sebelumnya data dari Asosiasi Farmasi menyatakan bahwa penjualan industri farmasi nasional bisa mencapai sekitar US $ 4,9 miliar. Berdasarkan kontribusi, perusahaan multinasional diperkirakan membuat sekitar 23-24% dari US $ 4,9 miliar. Pangsa pasar industri farmasi Indonesia diperkirakan sekitar atau 0,4-0,5% dari pangsa pasar dunia, yang mencapai US $ 800 miliar. Potensi pasar di Indonesia adalah 243.700.000 orang dengan pengeluaran per kapita pada kesehatan sebesar US $ 108 per tahun (2014 angka). Sementara itu, Indonesia mengimpor peralatan medis sebesar US $ 748.000.000 per tahun dan memiliki potensi untuk mengimpor US $ 1,7 miliar. Industri Makanan Prospek untuk industri makanan dan minuman, serta perdagangan ritel, tampaknya sulit karena tren berubah gaya hidup dan kelompok usia produktif, serta kelas menengah, meningkat seperti pendapatan rata-rata. Akhirnya, industri media iklan masih melebar tipis, karena didukung oleh pendapatan iklan tambahan dari pemilu. Memperhatikan atas gambaran, investor diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam negosiasi arah pergerakan pasar saham. Untuk itu, investor harus tetap fokus pada saham-saham prospektif industri mereka untuk investasi jangka panjang dan tidak mudah terombang-ambing oleh gejolak jangka pendek. Risiko Berinvestasi di Indonesia Selain memegang potensi investasi yang besar, Indonesia juga memiliki risiko investasi yang perlu diperhitungkan untuk calon investor, termasuk: 1. Demonstrasi Demonstrasi, yang merupakan ciri dari masyarakat yang demokratis, berlangsung setiap hari di Indonesia, meskipun mereka biasanya dalam skala kecil. Protes fokus pada berbagai, masalah ekonomi politik dan isu-isu sosial. 2. Korupsi Korupsi di Indonesia belum membaik secara signifikan pada Indeks Korupsi tahunan, yang menunjukkan tingkat korupsi di negara-negara dunia. Indonesia nomor 118 dari total 176 negara, namun kinerjanya memiliki menunjukkan peningkatan yang stabil sejak awal tahun 2004. 3. Pemerintah dan Birokrasi Pemerintah Indonesia dan sistem Birokrasi masih dianggap sebagai sistem yang paling rumit di antara negara-negara lain. Hal ini sangat mungkin bagi investor untuk menghadapi beberapa rintangan dan hambatan dalam melakukan bisnis dan berinvestasi di Indonesia. Proses investasi penting seperti pendaftaran Perusahaan, ijin kerja, masih menghadapi banyak kesulitan dan jauh dari kemudahan. Dan karena pemerintah baru menerapkan aturan ketat untuk investasi sehingga tidak membuat situasi menjadi lebih baik. Namun pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah membuat komitmen untuk mereformasi birokrasi mereka untuk memudahkan aliran investasi dan proses inventasi. 4. Infrastruktur Kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur di Indonesia dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Pemerintah menyadari pentingnya investasi besar di daerah ini seperti pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, dll, tapi sampai sekarang belum maksimal, sehingga mengurangi daya tarik investasi. 5. Bencana Alam Bencana alam di Indonesia seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan banjir sering menjadi berita utama di media Indonesia dan menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Lokasi Indonesia adalah di Cincin Api Pasifik dan wilayah geografis yang sebagian besar terdiri dari air laut. Kedua alasan ini membuat Indonesia rentan terhadap bencana alam. 6. Risiko nilai tukar stabil menyebabkan inflasi Inflasi di awal 2014 melonjak 1,07% karena inflasi makanan dan nilai tukar yang lemah, yang saat ini telah mencapai lebih dari 12.000 / US $. Jika nilai rupiah tidak stabil, maka biaya produksi akan sulit untuk diprediksi dan harga jual produk di pasar kurang kompetitif. Ketika dolar cenderung melemah, biaya produksi akan lebih besar dan mengakibatkan kerugian bagi investor yang berinvestasi di industri manufaktur. Kami menyarankan investor mencari distributor Indonesia sebagai mitra bagi perusahaan asing untuk membangun kerjasama bisnis di Indonesia. 7. Risiko perubahan likuiditas global Kita harus memahami risiko tinggi bahwa situasi ekonomi akan menghadapi tahun 2014 dan menyebabkan akan adanya perlambatan pertumbuhan. Indikator ekonomi Indonesia masih menunjukkan kondisi yang baik, meskipun ada perubahan arah dari likuiditas global saat ini karena stimulus pembatasan pendanaan rencana The Fed. Langkah The Fed untuk memperketat dana stimulus sebesar US $ 85 Milliar untuk pembelian obligasi setiap bulan dianggap bertujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Pengetatan likuiditas global sangat berbeda dari situasi 1997/1998 dan juga 2008. tapering off ketika hal ini terjadi bukan karena dipicu oleh runtuhnya sektor keuangan, tetapi karena pemulihan. Ini menunjukkan perekonomian Indonesia siap menghadapi perubahan postur likuiditas. likuiditas global adalah salah satu faktor risiko empat dalam menghadapi 2014. Tiga lainnya adalah harga minyak dunia, harga pangan, dan politik dalam negeri. Kesimpulan Pada akhirnya ini, dunia menyaksikan Indonesia sebagai salah satu dari “lima” negara berkembang. Salah satu alasan utama investor menjadi tertarik untuk Indonesia di tempat pertama adalah bahwa ada begitu banyak masalah yang perlu dipecahkan, dan di sanalah letak seikat kesempatan untuk kembali berusaha sehingga dapat memecahkan masalah ini. Read Full Bio Pandu Biasramadhan Senior Consulting Manager at InCorp Indonesia An expert for more than 10 years, Pandu Biasramadhan, has an extensive background in providing top-quality and comprehensive business solutions for enterprises in Indonesia and managing regional partnership channels across Southeast Asia.